Food photo created past evening_tao – Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat atau disebut juga Revolusi Industri ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan net. Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto nasional, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya. Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebutsmart farming atauprecision agronomics. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil kualitas dan kuantitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Faktanya, revolusi industri dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri belum berhasil diterapkan di Indonesia 1. Sumber Daya Manusia Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari twoscore tahun dan lebih dari seventy persen petani di Republic of indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah. ii. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Republic of indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi not pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam. 3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi mod dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. Nah, di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern. Nah, itu dia informasi mengenai revolusi industri pada pertanian di Indonesia dari LINE Jobs. Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan. Kita juga perlu mengantisipasi jangan sampai kehadiran teknologi justru menyebabkan banyak tenaga kerja yang tersingkir dari sektor pertanian. Selain itu, hal yang paling penting adalah penggunaan teknologi modernistic tidak boleh menghancurkan pengetahuan turun temurun para petani Indonesia, seperti contohnya sistem Subak di Bali. Bagaimana pendapat Anda mengenai revolusi industri pada pertanian di Indonesia? Jangan lupa tuliskan pendapat Anda di kolom komentar yang tersedia.
Jakarta- Musim kemarau memang menyebabkan kekeringan pada lahan petani. Namun di sisi lain, musim kemarau juga bisa menjadi momentum untuk meningkatkan Luas Tambah Tanam (LTT), terutama di wilayah yang banyak memiliki lahan rawa lebak. Di beberapa wilayah Indonesia, dampak musim kemarau membuat tanaman padi milik petani mengalami puso atau
IniDampak Negatif Alih Fungsi Lahan Pertanian Kamis, 21 November 2019, 15:42 WIB Lanjutnya, hal itu juga bisa menyebabkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke non-pertanian. Jika tenaga kerja sebelumnya (petani) tidak mampu diserap semua, itu akan menambah angka pengangguran. Investor yang mengalihkan fungsi lahan
. 281 83 477 211 304 393 79 79
lahan pertanian keadaan awal sebelumnya keadaan saat ini penyebab dampak